Senin, 18 Maret 2013

Kini aku sadar, kau bukan untukku.

“Maaf kita udahan sampe disini saja yah! Aku jenuh.”
Sebuah palu godam menghantam dadaku dan siap
menghancurkan isiya saat aku mendengar kata itu terucap jelas
darimu, orang yang sangat kucintai.

Saat aku percaya kau tercipta hanya untukku, saat aku yakin
kaulah pemilik perahu yang akan membawaku berlayar mengarungi
samudra hidup, saat itu pula kau mengahancurkannya.

Boleh saja kau mengingkari semua yang pernah terjadi. Namun,
ingatlah langit biru dan awan putih itu tak akan pernah lupa
menjadi saksi berseminya cinta kita.


Jumat, 15 Maret 2013


Apakah karena sudah tidak cinta lagi maka harus berpisah?
Atau karena harus berpisah maka tidak cinta lagi?

Apakah karena lupa maka kenangan akan lenyap?
Atau karena kenangan sudah lenyap maka akan lupa?

Apakah karena teringat akan dirinya maka hati ini perih?
Atau kerena hati ini perih maka teringat akan dirinya?

Ketika aku sedang mendengarkan curhat seorang sahabat yang tidak bisa tidur karena sedang mempunyai masalah percintaan. Aku teringat pada pengalaman cintaku sendiri. Aku yang kuat seperti inipun, dulu pernah mengalami hal yang sama sepertinya. Rasa sakit yang diakibatkan oleh cinta dan perpisahan. Seiring dengan berjalannya waktu. Luka yang berdarah, perlahan-lahan mengering dengan sendirinya. Walau kadang, karna secara tidak sengaja luka itu tersenggol dan terasa sakit bahkan berdarah lagi. Hanya waktu yang akan menyembuhkan luka itu.



Ya... aku memang bodoh...
mencintai orang yang gak pernah mencintaiku...
dan tetap menunggunya dengan setia walau aku tau ia tak pernah datang...
Mungkin sudah saatnya aku melepaskan dia...
Tapi aku tak bisa semudah itu melepaskannya...
Jika dia merasakan sakit yang sama denganku...
Jika dia merasakan luka yang sama denganku...
Jika dia merasakan kesepian yang sama denganku...
Mungkin semuanya akan lebih mudah bagiku...
Kata-kata BERKORBAN BAGI ORANG YANG DICINTAI AGAR DIA BAHAGIA...
semua itu omong kosong...
Mereka berkata begitu karna mereka tidak mengerti betapa sakitnya...
atau akukah yang salah? akukah yang tidak bisa berkorban?
Jika orang itu merasakan sakit yang sama denganku, itu baru adil...
Sebagaimana aku merasakan sakit...
Sebagaimana aku merasakan luka...
Sebagaimana aku merasakan kesepian itu...


by : FAP


Ketika wanita menangis, itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya, melainkan justru berarti dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya.


Ketika wanita menangis, itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya, melainkan karna pertahanannya sudah tak mampu membendung air matanya.


Ketika wanita itu menangis, itu bukan berarti dia ingin terlihat lemah, melainkan karna dia sudah tidak sanggup berpura-pura kuat.



Terlambatku menyusuri jalan ini,
tersesat disaat kau menjauh.
Aku tak mudah menjelaskannya lewat bahasa ini.
Hanya aku yang tau,
dan hanya aku yang paham sulitnya menjadi aku.
Masih sulit diterima bila harus bersembunyi dalam mencintai.
Tapi aku tetap bertahan,
sampai aku ingin tak ada yang terluka.
Walau aku tau,
bahwa pada akhirnya kita hanya menjadi teman.

by : FAP

Ingin sekali menulis puisi dilembaran awan,
angin meniupnya kepinggir senja,
mengubahnya menjadi hujan.
Kubayangkan engkau disana duduk menanti,
sebait pelangi yang ku untai,
ingin sekali menulis puisi diatas gelombang laut,
arus menghanyutkan ke celah teluk,
mengubahnya menjadi ombak bertaut.
Kubayangkan kau disana,
duduk menanti riak rindu yang ku rangkai.
Ingin sekali menulis puisi didalam keheningan malam,
melarutkan dalam tidurmu,
mengubahnya jadi impian.
Kubayangkan kamu disana,
rebah dalam dekapan,
menyimak kalimat cinta yang kubisikkan.


by : FAP