Kini aku sadar, kau bukan untukku.
“Maaf kita udahan sampe disini saja
yah! Aku jenuh.”
Sebuah palu
godam menghantam dadaku dan siap
menghancurkan isiya saat aku mendengar kata
itu terucap jelas
darimu, orang yang sangat kucintai.
Saat aku
percaya kau tercipta hanya untukku, saat aku yakin
kaulah pemilik perahu yang
akan membawaku berlayar mengarungi
samudra hidup, saat itu pula kau mengahancurkannya.
Boleh saja
kau mengingkari semua yang pernah terjadi. Namun,
ingatlah langit biru dan awan
putih itu tak akan pernah lupa
menjadi saksi berseminya cinta kita.