Rabu, 08 Oktober 2014

untitled

Mungkin awalnya aku terlalu angkuh untuk membuka hati. Menganggap semuanya sama, membawa penderitaan saja. Namun, kali ini aku bertemu dengan seseorang yang benar-benar mampu meruntuhkan semua benteng yang aku bangun. Aku takluk pada tatapannya, pada sikapnya, pada wajahnya. Aku terlalu sombong menganggap bahwa cinta tak akan pernah mampu hadir lagi.

Wajah penuh senyum itu, serta tatap mata sayu bercahaya, telah mengisi satu ruang hatiku yang aku sendiri masih terlalu takut memasukinya. Ruang yang penuh harapan dan do’a, ruang di mana hujan menjadi rindu, di mana tangis menjadi lantunan lagu romantis. Aneh memang rasanya.

Sudah banyak kisah kujalani, sudah banyak genangan airmata dan juga doa selama ini hadir dalam malam malam dinginku. Terkadang aku berpikir bahwa hidup sendiri bukan sebuah masalah, atau setidaknya aku tetap akan hidup meski tanpa cinta.

Sekian cinta yang pernah hadir membuatku sedikit meragukan tentang jodoh. Bukan aku tak percaya, namun seakan semua hanya permainan saja. Siapa yang sesungguhnya terlahir untukku? Kamu? Atau dia yang entah kapan datangnya.

Aku letih mencari, aku takut untuk kembali patah hati. Semoga kali ini memang benar kau yang Tuhan ciptakan untukku, sebagai jodohku yang abadi hinggaa akhir nanti.

Hidup itu tidaklah sederhana, demikian juga dengan cinta. Selalu ada saja sandungan yang siap menghentikan setiap langkah, tidak peduli sudah seberapa jauh kita berjalan. Namun, hidup akan menjadi sempurna, ketika ada seseorang yang selalu menyediakan pundaknya untuk bersandar disaat kita lelah. Jarinya selalu sedia menghapus air mata yang berkaca-kaca. Seperti kamu yang selalu menggandeng tanganku untuk meyakinkanku bahwa aku tidak sendirian, selalu ada dirimu di sisiku.

Karenamu, hidupku menjadi indah. Karenamu rindu inipun tercipta.

Aku padamu, kamu padaku untuk satu cinta.



~FAP~RR~



Rabu, 11 Desember 2013

Antara Si Aku dan Si Dia

Dia : Aku masih takut jatuh cinta sama kamu.
Aku : Lho, kok takut, emang kenapa?
Dia  : Bukan cuma takut, tapi takut banget. Dan sampai kapan pun akan selalu takut banget.
Aku : Lho, kok gitu?
Dia  : Kamu tau ngga, kenapa aku takut banget?
Aku : Emang kenapa?
Dia  : Sampai kapan pun aku akan selalu takut "jatuh cinta" padamu. Karena yang aku persiapkan sekarang adalah untuk "bangun cinta" bersamamu. Kalau "jatuh" itu menuju kesakitan dan keterpurukan, sedangkan "bangun" itu menuju perubahan dan pergerakan. Untuk melangkah bersamamu menuju kebaikan sejati.
Aku : *speechless* *melted*

11-12-13
~fufufu

Pernah suatu masa di mana kita duduk bersama namun tak saling bersapa, bukan karena angkuh yang merajai hati, namun memang kala itu perkenalan belumlah ada. Kau dan aku masihlah dua asing dalam masing-masing lingkaran yang belum menemukan irisannya.

Mungkin bukan sekali dua kali saja, bahkan puluhan hingga ratusan kali sesungguhnya takdir selalu menyinggung kita, pada lingkaran yang sama. Mungkin saja kau juga berada di cafe yang sama ketika aku sedang menyeruput secangkir coklat hangat, dengan notebook menyala di meja. 

Atau mungkin, kau juga ada di sana, dalam imajinasi dan mimpi yang aku ukir melalui penaku. Mungkin kau yang hantarkan ide pada tulisanku, melalui doa yang tak pernah putus kau hantar padaku.

Ya, aku yakin setidaknya kita sering tak sengaja berdekatan jarak meski beberapa jengkal saja. Kau tahu kenapa? Karena yakinku bila kita tertakdir bersama, hati kita selalu bersahutan untuk saling memanggil satu sama lainnya.

Ah, mungkin kala itu malaikat pun sedang tersenyum, mengamini bahwa dua insan yang akan saling melengkapi ini.

Ya, AKU BAHAGIA


Selasa, 10 Desember 2013

"Aku hanya bisa mengeja kerinduan dengan barisan aksara yang kuantar padamu. Dalam sewujud surat tanpa nama yang tak pernah jemu aku rangkai. Meski aku tak pernah tahu siapa dirimu, dimana keberadaaanmu, dan kapan kehadiranmu. Meski aku hanya bisa menyunggingkan senyum akan keteduhan pandanganmu, hingga lekuk garis wajahmu. Dan meski akhirnya aku merabamu dalam puisi, kembali"
~Fu

Selasa, 03 Desember 2013

Tak pernah aku bermimpi akan bertemu mu, dengan cara seperti ini.
Bagiku dirimu bukanlah sosok yang ku harapkan untuk datang.
Menghampiriku dan menawari sejuta harapan, mengajakku untuk tidak bosan tertawa, dan setia menjadi sandaran sedu sedan tangisku.

Tetapi, diujung sana sosok yang sempurna menungguku dengan sabar.
Menantiku, merengkuhnya dengan beribu rasa rindu.
Memohonku dengan tulus untuk membuka pintu dan mengharapkan sapaan "sayang" terucap dari mulutku.

Hatiku tak kuasa memilih. 
Haruskah aku melupakanmu?
Sekalipun kau yang menghapus airmata dari kedua pipiku, 
dan sekalipun kau yang mapu mewarnai hidupku.

Walau sejujurnya aku tidak ingin melepaskan sosok KAU ataupun DIA.
EGOIS MEMANG.
Meskipun kenyataan berkata bahwa 
"untuk meraih sunset yang sempurna KITA HARUS MEMILIH DAN MEMUTUSKAN"

Sabtu, 23 November 2013


  • When You Love Someone
  •  
  • I love you but it’s not so easy to make you here with me
    I wanna touch and hold you forever
    But you’re still in my dream

    And I can’t stand to wait ‘till nite is coming to my life
    But I still have a time to break a silence

    When you love someone
    just be brave to say that you want him to be with you
    when you hold your love
    don’t ever let it go
    or you will loose your chance
    to make your dreams come true…

    I used to hide and watch you from a distance and i knew you realized
    I was looking for a time to get closer at least to say… “hello”
    And I can’t stand to wait your love is coming to my life

    And I never thought that I’m so strong
    I stuck on you and wait so long
    but when love comes it can’t be wrong
    Don’t ever give up just try and try to get what you want
    Cause love will find the way...

    When you love someone
    just be brave to say that you want him to be with you
    when you hold your love
    don’t ever let it go
    or you will loose your chance
    to make your dreams come true...

Senin, 18 November 2013

Pengakuannya membuatku merona. 
Dalam sesaat terpaku memandangnya.
Seolah dia hanya imanjinasi belaka.
Bahwa semua ini hanya mimpi disuatu malam.

Seolah tak mengerti kejujuran demi kejujuran meluncur keluar dari bibirnya.
Tentang pujian tulusnya akan maknaku di hidupnya.
Tentang harapan akan diriku yang hadir di hidupnya.

Aku belum cukup mengenalnya.
Aku tak pernah memikirkannya.
Jadi, bagaimana caraku mengatakan yang sebenarnya.
Bahwa perasaanku dan perasaannya tidak berada di garis yang sama?